SELAMAT DATANG DI BLOG MI MUHAMMADIYAH KARANGLO CILONGOK "UNGUL IMTAK, IPTEK DAN PRESTASI, BERAKHLAK MULIA" لاحول ولا قوة إلا بالله
  • Para Juara Aksioma TA 2015-2016

    MI Muhammadiyah Karanglo Cilongok

  • Tenaga Pengajar

    MI Muhammadiyah Karanglo Cilongok

  • Pembekalan Tapak Suci

    MI Muhammadiyah Karanglo Cilongok

Jumat, 18 November 2016

Lebih baik nganggur daripada jadi guru di Muhammadiyah

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ  ( محمد : 7)

Semalam, Saya mendapatkan sebuah tulisan yang berkaitan tentang keadaan keuangan Persyarikatan Muhammadiyah pada 1920 dengan nominal  0 yang diumumkan oleh Ketua Muhammadiyah saat itu K.H. Ahmad Dahlan. Dan K.H. Ahmad Dahlan pun memukul kentongan untuk mengumpulkan warga perihal tersebut, padahal saat itu Muhammadiyah harus menggaji guru dan karyawan di sekolah Muhammadiyah sebanyak 500 gulden. Dan dengan kedermawanannya, beliau melelang semua harta bendanya yang ada di rumahnya untuk Persyarikatan Muhammadiyah. Dan warga pun akhirnya membeli semua barang tersebut dengan total jumlah pembelian 4000 gulden. Di akhir masa lelang, para pembeli bukan malah membawa barang milik K.H. Ahmad Dahlan namun langsung keluar. Lalu Kiai menanyakan kepada para warga tersebut "Kenapa barangnya tidak dibawa, atau Saya antarkan ke rumah?" Warga pun menjawab, "Tidak usah Kiai. Itu uang untuk keperluan Muhammadiyah."
Begitulah ceritanya saat itu dalam Persyariktan Muhammadiyah, dan judul ini  terbersit karena kata-kata ini muncul dari kawan Saya di IMM, walaupun memang tanpa embel-embel "di Muhammadiyah". Entah apa gerangan maksud kawan ini, namun maksud dari judul yang Saya buat adalah menjadi guru adalah bukan pilihan untuk menjadi orang yang kaya apalagi di Muhammadiyah. Jika ingin kaya jangan jadi guru, jadilah pengusaha saja. Walaupun memang ada orang yang ambil enaknya saja, jadi guru iya digaji, nggak pernah masuk karena kesibukan usaha diluarnya. Dan ini bukan rahasia umum. Karena tidak dapat dinafikan lagi memang di zaman globalisasi saat ini uang, pangkat adalah segalanya.
Lalu kenapa Saya memilih menjadi guru di Muhammadiyah, bukan malah nganggur seperti judul yang Saya buat? Jawabannya ada pada Q.S. Muhammad ayat 7 diatas. Menganggur Saya artikan bukan tidak berpenghasilan namun tidak bekerja secara terikat, menjadi freelance jawabannya. Alhamdulillah, selama setahun Saya menjadi freelance desainer grafis dan PENGHASILAN MENJADI FREELANCE LEBIH BANYAK DARIPADA GAJI SAYA SEBULAN MENJADI GURU DI MUHAMMADIYAH. Karena menjadi guru di Muhammadiyah adalah bukan hanya saja tentang uang, jabatan tapi lebih kepada perkaderan, dakwah dan juga menambah ilmu.
Hari ini adalah Milad Muhammadiyah Ke-104 M. Selama kuliah, Saya aktif di ortom Muhammadiyah yaitu IMM. Menjadi bagian IMM adalah anugerah terbesar bagi Saya, IMM yang mempunyai tri kompetensi religiusitas, intelektualitas, dan humanitas benar-benar terpatri dalam hati. Kajian yang Saya ikuti di IMM sangat bervariasi mulai belajar ideologi kiri Karl Marx, Max Weber, Hegel sampai ikut kajian kitab Jurmiyah.
 
 
 
Dan alhamdulillah, setelah lulus Saya "DI PANGGIL" untuk mengajar di MI Muhammadiyah Karanglo. Di tempat yang baru Saya mengenal banyak sekali ortom. Karena di perguruan dasar dan menengah ada 3 ortom yang harus dibina yaitu Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TSPM) dan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (GKHW). Lengkap sudah sebagai orang yang paling cinta sama Muhammadiyah-karena tidak mungkin ikut Nasyiatul 'Aisyiyah dan 'Aisyiyah, hehehe.
 

 
Dan pilihan menjadi guru di Muhammadiyah bukan untuk alasan hanya mencari rezeki saja tetapi memilih mengajar di Muhammadiyah adalah pilihan untuk perkaderan, dakwah dan terus menuntut ilmu.